Surat Terbuka Kepada Rektor Ui
Ini yaitu sebuah surat yang ditulis oleh Muhammad Khalid (FE 2006, Ketua BEM FE 2009) yang ditujukan kepada Prof. Dr. der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri (Rektor UI).
===============================================
Bapak Rektor UI Yang Terhormat,
Sebenarnya, berat hati ini untuk menulis surat ini, sebab saya tahu, aku bukanlah siapa-siapa. Saya hanyalah mahasiswa tingkat tamat yang sedang sibuk menyelesaikan skripsi dan beberapa mata kuliah lain..Tapi, entah mengapa,,hati ini berontak dan memaksa jari ini untuk menuliskan sesuatu..sesuatu yang selalu meresahkan dan mengganggu pikiran dan hati saya..alasannya itu, izinkanlah saya menuliskan surat terbuka ini untukmu..izinkanlah saya mencurahkan isi seluruh hati ini padamu..bukankah engkau selalu memanggil kami mahasiswa UI sebagai ‘anak-anakmu’ dan engkau selalu menyebut dirimu sebagai ‘ayah’ bagi kami? Karena itu, anggaplah surat ini yakni surat dari ‘anakmu’ sendiri..yang sedikit ingin ‘mengadu’ atas semua kebijakanmu..bukan seorang ‘musuh’ yang mencoba-coba mencari kesalahanmu..
‘Ayahanda’ Gumilar Rusliwa Soemantri,
Sejujurnya, untuk pertama kalinya saya melihat Anda dikampanye calon Rektor tahun 2007, aku sangat berharap Andalah yang menjadi rektor UI..meskipun dekan saya dari FEUI mencalonkan diri..hati aku cenderung kepada Anda..karena saya terkesan dengan sikap dan kewibawaan Anda..yang dekat dan bersahabat dengan masyarakat UI, termasuk kami mahasiswa..Bahkan, saya masih teringat, Anda pernah berjanji, Anda TIDAK AKAN menaikkan biaya kuliah lagi..anda akan berusaha keras untuk mencari pendanaan lain di luar mahasiswa..dengan memaksimalkan strategic partnership dengan corporate, memaksimal Ventura dan Unit Bisnis UI..
Saya yakin, siapa pun mahasiswa yang hadir ketika itu, pasti akan mencatat betul apa yang Anda sampaikan..Dan saya juga yakin, semua mahasiswa yang hadir saat itu besar hati kepada Anda..seorang calon Rektor yang Muda, Cerdas dan Merakyat..
Tapi..kebanggaan ini tidak berlangsung usang..sehabis Anda menjadi Rektor.. Anda berencana menaikkan BOP sebesar 300 ribu dengan alasan inflation adjustment..Luka pertama kami untuk pertama kalinya terjadi..kami pun dengan serta merta menolak keras kebijakan itu..alasannya itu telah menghiantai akad Anda ketika kampanye..
Setelah saudara Edwin (Ketua BEM UI) dan Salman (MWA UM) menyampaikan aspirasi kami, Anda pun mengubah kebijakan Anda..namun, Anda mencari seni manajemen lain biar agar nilai besaran BOP berubah..Anda undang para pemimpin kami. Dengan kepiawaian komunikasi Anda, Anda terangkan secara ‘terbuka’ dan ‘jujur’ kondisi keuangan UI..Anda ajak para pemimpin kami untuk ‘tenggang rasa’ dengan kondisi keuangan UI..lalu dengan penuh ‘kerendahan hati’ Anda meminta tolong kepada para pemimpin kami untuk memikirkan ‘masalah’ ini..Maka kemudian dibentuklah tim kecil yang merumuskan sistem pembayaran gres..maka munculah istilah BOP Berkeadilan atau biasa disebut BOP B..
Saya masih ingat, saudara Edwin pernah mengatakan, BEM UI menerima BOP B dengan beberapa syarat.
Pertama, mahasiswa terlibat 100% dalam mengawalan proses BOP B, bahkan dalam proses pembuatan matrix BOP B (bukan hanya dalam proses entri data, advokasi dan rekomendasi). Kedua, UI harus melaksanakan Transparansi dan Akuntabilitas keuangannya. Dan ketiga, UI harus melakukan transisi pembiayaan kampus dari pembebanan kepada mahasiswa menjadi pembiayaan kemitraan strategis dan unit bisnisnya. Dan dari semua persyaratan Anda pun menerimanya.
Luka yang kedua pun terjadi lagi. Dengan menyakitkan hati-hati kami, Anda menyalahi kesepakatan-akad Anda. Hampir semua persyaratan itu Anda ingkari. Janji yang pertama, dalam implementasi BOP B, matrix yang dijadikan contoh, bukan matrix yang dibuat oleh kami mahasiswa, Anda ternyata mempunyai matrix sendiri, yang sudah Anda buat dengan tim Anda. Dan Anda tidak terbuka dengan sistem matrix itu. Dan persoalan advokasi dan rekomendasi mahasiswa, di beberapa fakultas mengalami persoalan cukup serius. Janji yang kedua pun sama. Transparansi dan Akuntabilitas keuangan UI pun tak kunjung datang..bahkan untuk mengakses laporan keuangan saja tidak tahu harus kemana (beda dengan NUS, Melbourne yang mampu dengan mudah diakses di internet). Janji yang ketiga mengalami nasib yang sama, vendor dan unit bisnis jalan ditempat, peningkatan pemasukan dari mahasiswa naik berkali lipat..
Kami pun berang..kami pun beringsut mendatangi Rektorat..menuntut pertanggungjawaban Anda..atas semua janji-akad elok Anda..yang tidak terbukti itu..Anda niscaya masih ingat dengan saudara Adi (Ketua BEM FT)..yang membawa pisau untuk, maaf, memotong pendengaran anda? Karena beberapa malam sebelumnya, anda berjanji akan memotong pendengaran Anda kalau Anda mengingkari akad-komitmen Anda….Malam itu di rumah Anda..dengan sajian yang enak..dengan segala perbincangan yang ‘intim’..dengan segala bentuk bujukan yang Anda sampaikan kepada kami..tidak ingatkah Anda saat itu..ketika dimana Anda mencurahkan keluh kesah Anda alasannya adalah Anda dikucilkan oleh Rektor-rektor lain di forum rektor..sehingga Anda punya alasan untuk membuat ujian masuk baru yang berjulukan UMB?
‘Ayahanda’ Gumilar Rusliwa Soemantri
Tahun 2009 kemarin, untuk ketiga kalinya, dan mungkin terakhir kalinya, saya terlibat dalam proses ini, alasannya adalah aku kebetulan menjadi Ketua BEM FEUI. Di tahun ini, Anda sering menciptakan kejutan..karena datang-datang Anda menciptakan SIMAK UI yang mendominasi proses rekruitmen mahasiswa baru..Anda berencana membuat perpustakaan terbesar di Asia..Anda akan berencana menciptakan jalan besar yang ke arah rektorat..Dan yang lebih mengejutkan lagi..dikala saya awal menjadi Ketua BEM, aku menerima keluhan dari beberapa dosen yang mengaku gajinya tidak turun selama tiga bulan..bukan hanya itu..uang block grant kemahasiswaan juga mengalami nasib yang sama..
Belum final persoalan itu..muncul lagi persoalan terkait BOP B lagi..alasannya adalah dari website penerimaan UI, tercantum ada tiga cara pembayaran masuk UI. Pertama, bayar penuh. Kedua, bayar cicil. Ketiga, ambil BOP B. Kami pun sangat terkejut melihat pengumuman ini? Setelah kita konfirmasi, tidak ada perubahan. Waktu itu saudara Tiqo ( Ketua BEM UI) dan kami ketua-ketua BEM Fakultas mendatangi anda untuk konfirmasi. Anda niscaya masih ingat, ketika itu anda ditemani oleh bu Kasiyah (Fasilkom).
Kami mempertanyakan tiga sistem pembayaran itu. Kenapa ada tiga? Bukankah yang kita sepakati dan yang tertera SECARA TERTULIS DI SK REKTOR hanya ada satu sistem pembayaran: adalah sistem pembayaran BOP B, tidak ada yang lain. Kenapa datang-datang muncul pembayaran penuh dan cicilan? Kenapa mampu begitu?
Tiba-datang Anda menanyakan bunyi SK Rektor itu. Kemudian aku bacakan untuk anda. Dan Anda pun berkata, “ Kalau di SK mirip itu, ya kita ikuti SK itu. Saya juga gres tahu bunyi SK itu”. Saya benar-benar kaget dikala itu. Bagaimana mungkin Anda gres tahu padahal Anda sendiri yang membuat SK itu? Lalu Anda bilang kepada kami, “ Pada prinsipnya, saya akan jamin 100% mahasiswa yang sudah masuk UI tidak akan DO gara-gara tidak punya biaya. Catat itu!”.
Untuk yang ketiga kalinya, luka kami terulang..Setelah proses advokasi dijalankan..kami bertemu dan melakukan penilaian bersama..beberapa fakultas bermasalah..mirip FKG, FIK, FKM dan FMIPA (Fakultas yang lain mengalami aneka macam kesulitan tapi tidak terlalu signifikan).. yang paling parah di FIK..bahkan Ketua BEM dan Adkesmanya mendapat tekanan yang cukup parah dari Dekanatnya (ini pengukuhan dari bersangkutan) dan FKG juga mengalami problem cukup serius sampai Si Adis Ketua BEM FKG harus beringsut meminta tunjangan dari kami.
Rapat itu pun menghasilkan keputusan..Sospol Net yang dikomandani oleh Farid Septian, mencatat semua kesalahan itu dan memblow up beberapa kesalahan yang terjadi dengan memasang Baliho di depan halte Stasiun UI. Para Mahalum pun murka-marah alasannya adalah saat insiden ini terjadi, mereka ada di Malang mengikuti Pimnas (disamping menerima sms yang memperabukan emosi mereka). Mungkin dikala itu Anda di luar negeri, Anda tidak tahu kondisi di sini. Karena, sejak dikala itu, para mahalum yang dipimpin oleh Pak Komar mengambil posisi Melawan kami, dan mengakibatkan kami ‘musuh’ yang harus ditaklukan.
Kami pun saling bertemu dengan para mahalum, hampir tiga kali kami bertemu dan tidak menemukan titik terang. Mereka marah dengan sikap kami yang menurut mereka tidak bermoral dengan memblow up kesalahan-kesalahan itu sedangkan kami tetap keras kepala dengan pendapat kami (meskipun aku sangat kecewa karena ada beberapa Ketua BEM yang berkhianat dan menjadi pengecut sejati).
Setelah ada beberapa ketua BEM yang kooperatif dan menerangkan ‘kepatuhannya’ kepada mahalum mereka, Kemarahan mahalum ini tiba-tiba mengerucut pada dua nama.
Pertama, Farid Septian (sebagai eksekutor) dan Tiqo (sebagai Ketua BEM UI). Lebih lanjut Pak Komar mengeluarkan surat pembekuan BEM UI sementara dan P3T2 ( yang akan berujung penonaktifan status mahasiswa) untuk Farid dan Tiqo. Kondisi semakin panas dan tidak terkontrol. Kami pada posisi kami. Dan Mahalum pada posisi Mahalum. Ketika media massa mulai ‘mengendus’ problem ini, Anda datang-tiba melakukan konferensi pers. Anda bilang kepada pers, bahwa ini hanya problem kesalahpahaman antara Pak Komar dengan para ketua BEM. Anda bilang, Pak Komar masih muda sebagai Direktur Kemahasiswaan jadi terlalu gegabah dalam pengambilan keputusan. Sedangkan surat Pembekuan BEM UI yang dikeluarkan oleh Pak Komar Anda batalkan.
Dalam pertemuan selanjutnya antara Anda, kami dan para Mahalum Anda di kantor Anda dikala itu, Anda dengan sangat sadar dan tegas memihak kepada kami para mahasiswa. Anda bahkan ‘memarahi’ mahalum yang kurang remaja dalam memperlakukan kami. Di ruangan itu, Anda pun menyetujui aspirasi kami.
Pertama, anda menyetujui bahwa sistem pembayaran di UI hanya ada satu: adalah BOP B. Kedua, Anda menyetujui bahwa pelaksanaan proses BOP B dijalankan dengan Transparan dan Akuntabel (bahkan anda ketika itu bilang, jika mampu dibuka aja semuanya semoga semua tahu dan tidak ada kecurigaan). Ketiga, proses BOP B akan melibatkan mahasiswa (dalam hal ini Adkesma) 100%, mulai dari awal proses hingga finalisasi. Dan yang keempat, Anda meminta kami para mahasiswa dengan para mahalum baikan kembali, tidak ada lagi konflik.
Alhamdulilah, balasannya kami pun lega. Karena tahun 2010 nanti akan terjadi perbaikan.
‘Ayahanda’ Gumilar Rusliwa Soemantri
Sekarang tahun 2010, dan aku sudah tidak aktif lagi sebagai Ketua BEM FEUI. Saya sudah tidak mengikuti lagi proses yang berkembang. Namun, sesudah bertemu dengan sahabat-sobat yang masih aktif, untuk sekali lagi, JANJI-JANJI ITU TIDAK TERBUKTI LAGI. Sampai pada titik ini, SAYA SUDAH BENAR-BENAR KEHILANGAN KEPERCAYAAN KEPADA ANDA. Sulit bagi aku menerima semua kenyataan ini. Hingga sekarang, saya masih belum bisa mengerti cara berpikir Anda.
Demikian surat ini aku tulis, segala yang tertulis yang ada disini, aku sebagai pribadi mempertanggungjawabkannya dengan konsisten dan konsekwen.
Mohon maaf jika ini kurang berkenan, tapi sungguh, saya harus memberikan semua ini sebagai tanggungjawab atas tugas sejarah kemahasiswaan yang pernah aku lakukan.
Depok, 29 Mei 2010, Pukul 12.55
Tertanda
Muhammad Kholid
( Mahasiswa FEUI, semester 8)
===============================================
TANGGAPAN
Tanggapan Surat Terbuka Untuk Rektor UI:Prof.Gumilar Rusliwa Soemantri
(Hasil Pertemuan 2 Juni)
Rabu, 2 Juni kemarin pukul 08.00 , saya dipanggil oleh Prof.Gumilar
Rusliwa Soemantri di ruang kerjanya. Dalam pertemuan itu, hadir
beberapa orang seperti Pak Kamarudin (Direktur Kemahasiswaan UI),
Muhammad Hikam (MWA UI), Pak Firmanzah (Dekan FEUI), Sofwan Al Banna
(Sebagai MWA Unsur Mahasiswa zaman Pak Gumilar terpilih), Bhakti Eko
Nugroho (MWA UM kini) beserta sekretarisnya Citra, dan Mbak Devi
(Humas UI).
Dalam pertemuan itu, Bapak Rektor memang mendesain program itu sebagai
bentuk tanggapan atas Surat Terbuka yang aku tulis. Dan nama-nama
yang tersebut diatas oleh Pak Rektor diposisikan sebagai saksi atas
beberapa kasus yang saya tuliskan dalam Surat Terbuka.
Saya mencoba menuliskan point-point penting saja terkait balasan Pak
Rektor atas Surat Terbuka saya. Karena terlalu panjang jikalau saya
menceritakan pertemuan yang berlangsung hampir tiga jam secara detail.
Pertama, perbedaan pemahaman makna akad antara saya dan Pak Rektor.
Bapak Rektor memaknai janji-komitmen yang saya tuliskan itu bukan janji,
melainkan hanya sebuah aspirasi yang beliau akomodir. Sedangkan saya
dan rekan-rekan mahasiswa memaknai aspirasi yang diterima dan
disetujui oleh Bapak Rektor yaitu kesepakatan yang harus dipenuhi.
Perbedaan pemahaman akan makna akad inilah yang menjadi pemicu
konflik dan perselisihan paham diantara kami.
Kedua, perbedaan pemahaman akan tanggungjawab pengambilan dan
opersionalisasi kebijakan. Dari perspektif Pak Rektor, tanggungjawab
pengambilan dan operasionalisasi kebijakan tidak sepenuhnya ada
ditangan Rektor. Karena Rektor tidak tahu secara menyeluruh atas
kebijakan-kebijakan terkait kemahasiswaan tersebut. Dan dia merasa
keberatan dengan surat saya alasannya adalah menempatkan Bapak Rektor sebagai
pusat semua tanggungjawab atas semua kebijakan dan
operasionalisasinya. Sebagai acuan, problem BOP. Bapak Rektor kurang
menguasai dilema tersebut, dan lebih tepat kalau tanggungjawab atas
kebijakan dan operasionalisasinya di tangan Bapak Kamarudin yang tahu
niscaya.
Ketiga, Perbedaan perspektif akan peran mahasiswa. Bagi Bapak Rektor,
mahasiswa bukanlah stakeholder, jadi mereka tidak perlu diikutkan
dalam proses pembuatan kebijakan meskipun itu berhubungan langsung
dengan kepentingan mahasiswa. Sedangkan kami mahasiswa, berpandangan
mahasiswa juga stakeholder UI oleh sebab itu kami harus
diikutsertakan dalam proses pengambilan kebijakan yang berkaitan
eksklusif dengan kepentingan mahasiswa. Sebagai pola, dalam perkara
BOP. Bagi Pak Rektor, Mahasiswa hanya diikutkan maksimal dalam
membantu proses advokasi bagi maba-maba yang mengalami kesulitan
keuangan. Mahasiswa tidak perlu tahu secara detail proses pengambilan
kebijakannya.
Keempat, BOP B sebagai sistem pembayaran. Bagi kami mahasiswa (dan
disahkan oleh Sk Rektor tahun 2008) bahwa sistem Pembayaran yang
disepakati bersama ialah BOP Berkeadilan (Artinya mahasiswa membayar
sesuai dengan kemampuan dan kondisi keuangannya saat itu). Sedangkan
menurut Rektor (dalam hal ini Bapak Kamarudin yang lebih memahami),
BOP Berkeadilan bukan satu-satunya sistem pembayaran. Sistem
pembayaran ada tiga: pembayaran penuh, pembayaran cicilan dan gres
jikalau memang tidak mampu masuk sistem BOP B. Kenapa demikian? Karena
menurut Pak Kamar, sistem BOP B dibeberapa masalah mengalami dilema
bagi mahasiswa-mahasiswa yang mampu, sebab mereka tidak berkenan ikut
proses BOP B .
Kelima, masalah matrix BOP B. Pak Kamarudin menyangkal pendapat saya
bahwa Matrix yang dipakai dalam sistem pembayaran BOP B telah
diganti. Bukan matrix yang dibuat bahu-membahu mahasiswa. Pendapat
ia bersumber pada pendapat Ahmed (Fakutas Teknik/Tim Pembuat
Matrix). Sedangkan aku berani mengatakan bahwa matrix itu diganti
bersumber kepada Saudara Indra (FIB 2004/Tim Pembuat Matrix) dan
Saudara Edwin (Ketua BEM UI 2008).
Keenam, persoalan bukti dan data yang valid. Bapak Rektor menanyakan
semua bukti tertulis, data yang valid terkait dengan semua yang saya
tuliskan dalam Surat Terbuka itu. Dan aku menjawab bahwa semua yang
saya tuliskan dalam Surat Terbuka itu ialah semua hal yang saya alami
sendiri, aku lihat, rasakan dan dengar. Masalah bukti-bukti tertulis
dan data-data yang valid, saya memang ketika ini tidak memilikinya.
Namun, aku mempunyai banyak saksi sahabat-sobat mahasiswa yang kebetulan
mereka tidak diundang dalam pertemuan dengan Bapak Rektor tersebut.
Demikian garis besar pembicaraan dalam pertemuan kemarin pagi. Dalam
closing statement, saya menyampaikan kepada semua orang yang hadir
ketika itu bahwa aku akan mempertanggungjawabkan semua apa yang aku
tuliskan. Jika memang yang aku tuliskan itu benar, maka saya tidak
akan merubahnya. Dan jikalau memang yang aku tuliskan salah, aku akan
merubahnya. Dan tentunya aku mendapatkan segala konsekwensi yang ada.
Terakhir, saya memohon maaf sebesar-besarnya kepada Bapak Rektor,
karena memang seharusnya Surat Terbuka ini hingga untuk pertamakalinya
di meja Bapak Rektor terlebih dahulu, dan menunggu respon dari dia
sebelum aku menyebarluaskannya ke publik. Dalam hal ini aku telah
mengakui kesalahan besar itu dalam lembaga tersebut. Karena, tindakan
aku ini justru menyebarluaskan malu internal almamater sendiri.
Bapak Rektor telah mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah ini
secara arif dan bijaksana dalam bingkai kekeluargaan. Beliau tidak
akan membawanya kejalur Hukum atau Sanksi akademis. Bapak Rektor juga
menganggap Surat Terbuka ini sebagai bentuk kepedulian aku atas
permasalahan yang muncul di UI. Hal ini perlu diapresiasi katanya.
Namun, kedepan harus diperbaiki dalam cara menyampaikannya sehingga
apa yang disuarakan bisa sama-sama saling menguntungkan.
Untuk kedepan, Bapak Rektor sangat terbuka kepada semua pihak untuk
menyampaikan langsung masukan dan kritikannya atas semua kebijakan
yang ia memutuskan.
Demikian Penjelasan Pertemuan 2 Juni kemarin ini aku tulis sebagai
bentuk atas tanggungjawab saya dalam mendudukan permasalahan yang
sebenarnya.
Terimakasih, mohon maaf kalau ada khilaf.
Tertanda
Muhammad Kholid
Mahasiswa FEUI angkatan 2006
--------------------------------------
===============================================
Bapak Rektor UI Yang Terhormat,
Sebenarnya, berat hati ini untuk menulis surat ini, sebab saya tahu, aku bukanlah siapa-siapa. Saya hanyalah mahasiswa tingkat tamat yang sedang sibuk menyelesaikan skripsi dan beberapa mata kuliah lain..Tapi, entah mengapa,,hati ini berontak dan memaksa jari ini untuk menuliskan sesuatu..sesuatu yang selalu meresahkan dan mengganggu pikiran dan hati saya..alasannya itu, izinkanlah saya menuliskan surat terbuka ini untukmu..izinkanlah saya mencurahkan isi seluruh hati ini padamu..bukankah engkau selalu memanggil kami mahasiswa UI sebagai ‘anak-anakmu’ dan engkau selalu menyebut dirimu sebagai ‘ayah’ bagi kami? Karena itu, anggaplah surat ini yakni surat dari ‘anakmu’ sendiri..yang sedikit ingin ‘mengadu’ atas semua kebijakanmu..bukan seorang ‘musuh’ yang mencoba-coba mencari kesalahanmu..
‘Ayahanda’ Gumilar Rusliwa Soemantri,
Sejujurnya, untuk pertama kalinya saya melihat Anda dikampanye calon Rektor tahun 2007, aku sangat berharap Andalah yang menjadi rektor UI..meskipun dekan saya dari FEUI mencalonkan diri..hati aku cenderung kepada Anda..karena saya terkesan dengan sikap dan kewibawaan Anda..yang dekat dan bersahabat dengan masyarakat UI, termasuk kami mahasiswa..Bahkan, saya masih teringat, Anda pernah berjanji, Anda TIDAK AKAN menaikkan biaya kuliah lagi..anda akan berusaha keras untuk mencari pendanaan lain di luar mahasiswa..dengan memaksimalkan strategic partnership dengan corporate, memaksimal Ventura dan Unit Bisnis UI..
Saya yakin, siapa pun mahasiswa yang hadir ketika itu, pasti akan mencatat betul apa yang Anda sampaikan..Dan saya juga yakin, semua mahasiswa yang hadir saat itu besar hati kepada Anda..seorang calon Rektor yang Muda, Cerdas dan Merakyat..
Tapi..kebanggaan ini tidak berlangsung usang..sehabis Anda menjadi Rektor.. Anda berencana menaikkan BOP sebesar 300 ribu dengan alasan inflation adjustment..Luka pertama kami untuk pertama kalinya terjadi..kami pun dengan serta merta menolak keras kebijakan itu..alasannya itu telah menghiantai akad Anda ketika kampanye..
Setelah saudara Edwin (Ketua BEM UI) dan Salman (MWA UM) menyampaikan aspirasi kami, Anda pun mengubah kebijakan Anda..namun, Anda mencari seni manajemen lain biar agar nilai besaran BOP berubah..Anda undang para pemimpin kami. Dengan kepiawaian komunikasi Anda, Anda terangkan secara ‘terbuka’ dan ‘jujur’ kondisi keuangan UI..Anda ajak para pemimpin kami untuk ‘tenggang rasa’ dengan kondisi keuangan UI..lalu dengan penuh ‘kerendahan hati’ Anda meminta tolong kepada para pemimpin kami untuk memikirkan ‘masalah’ ini..Maka kemudian dibentuklah tim kecil yang merumuskan sistem pembayaran gres..maka munculah istilah BOP Berkeadilan atau biasa disebut BOP B..
Saya masih ingat, saudara Edwin pernah mengatakan, BEM UI menerima BOP B dengan beberapa syarat.
Pertama, mahasiswa terlibat 100% dalam mengawalan proses BOP B, bahkan dalam proses pembuatan matrix BOP B (bukan hanya dalam proses entri data, advokasi dan rekomendasi). Kedua, UI harus melaksanakan Transparansi dan Akuntabilitas keuangannya. Dan ketiga, UI harus melakukan transisi pembiayaan kampus dari pembebanan kepada mahasiswa menjadi pembiayaan kemitraan strategis dan unit bisnisnya. Dan dari semua persyaratan Anda pun menerimanya.
Luka yang kedua pun terjadi lagi. Dengan menyakitkan hati-hati kami, Anda menyalahi kesepakatan-akad Anda. Hampir semua persyaratan itu Anda ingkari. Janji yang pertama, dalam implementasi BOP B, matrix yang dijadikan contoh, bukan matrix yang dibuat oleh kami mahasiswa, Anda ternyata mempunyai matrix sendiri, yang sudah Anda buat dengan tim Anda. Dan Anda tidak terbuka dengan sistem matrix itu. Dan persoalan advokasi dan rekomendasi mahasiswa, di beberapa fakultas mengalami persoalan cukup serius. Janji yang kedua pun sama. Transparansi dan Akuntabilitas keuangan UI pun tak kunjung datang..bahkan untuk mengakses laporan keuangan saja tidak tahu harus kemana (beda dengan NUS, Melbourne yang mampu dengan mudah diakses di internet). Janji yang ketiga mengalami nasib yang sama, vendor dan unit bisnis jalan ditempat, peningkatan pemasukan dari mahasiswa naik berkali lipat..
Kami pun berang..kami pun beringsut mendatangi Rektorat..menuntut pertanggungjawaban Anda..atas semua janji-akad elok Anda..yang tidak terbukti itu..Anda niscaya masih ingat dengan saudara Adi (Ketua BEM FT)..yang membawa pisau untuk, maaf, memotong pendengaran anda? Karena beberapa malam sebelumnya, anda berjanji akan memotong pendengaran Anda kalau Anda mengingkari akad-komitmen Anda….Malam itu di rumah Anda..dengan sajian yang enak..dengan segala perbincangan yang ‘intim’..dengan segala bentuk bujukan yang Anda sampaikan kepada kami..tidak ingatkah Anda saat itu..ketika dimana Anda mencurahkan keluh kesah Anda alasannya adalah Anda dikucilkan oleh Rektor-rektor lain di forum rektor..sehingga Anda punya alasan untuk membuat ujian masuk baru yang berjulukan UMB?
‘Ayahanda’ Gumilar Rusliwa Soemantri
Tahun 2009 kemarin, untuk ketiga kalinya, dan mungkin terakhir kalinya, saya terlibat dalam proses ini, alasannya adalah aku kebetulan menjadi Ketua BEM FEUI. Di tahun ini, Anda sering menciptakan kejutan..karena datang-datang Anda menciptakan SIMAK UI yang mendominasi proses rekruitmen mahasiswa baru..Anda berencana membuat perpustakaan terbesar di Asia..Anda akan berencana menciptakan jalan besar yang ke arah rektorat..Dan yang lebih mengejutkan lagi..dikala saya awal menjadi Ketua BEM, aku menerima keluhan dari beberapa dosen yang mengaku gajinya tidak turun selama tiga bulan..bukan hanya itu..uang block grant kemahasiswaan juga mengalami nasib yang sama..
Belum final persoalan itu..muncul lagi persoalan terkait BOP B lagi..alasannya adalah dari website penerimaan UI, tercantum ada tiga cara pembayaran masuk UI. Pertama, bayar penuh. Kedua, bayar cicil. Ketiga, ambil BOP B. Kami pun sangat terkejut melihat pengumuman ini? Setelah kita konfirmasi, tidak ada perubahan. Waktu itu saudara Tiqo ( Ketua BEM UI) dan kami ketua-ketua BEM Fakultas mendatangi anda untuk konfirmasi. Anda niscaya masih ingat, ketika itu anda ditemani oleh bu Kasiyah (Fasilkom).
Kami mempertanyakan tiga sistem pembayaran itu. Kenapa ada tiga? Bukankah yang kita sepakati dan yang tertera SECARA TERTULIS DI SK REKTOR hanya ada satu sistem pembayaran: adalah sistem pembayaran BOP B, tidak ada yang lain. Kenapa datang-datang muncul pembayaran penuh dan cicilan? Kenapa mampu begitu?
Tiba-datang Anda menanyakan bunyi SK Rektor itu. Kemudian aku bacakan untuk anda. Dan Anda pun berkata, “ Kalau di SK mirip itu, ya kita ikuti SK itu. Saya juga gres tahu bunyi SK itu”. Saya benar-benar kaget dikala itu. Bagaimana mungkin Anda gres tahu padahal Anda sendiri yang membuat SK itu? Lalu Anda bilang kepada kami, “ Pada prinsipnya, saya akan jamin 100% mahasiswa yang sudah masuk UI tidak akan DO gara-gara tidak punya biaya. Catat itu!”.
Untuk yang ketiga kalinya, luka kami terulang..Setelah proses advokasi dijalankan..kami bertemu dan melakukan penilaian bersama..beberapa fakultas bermasalah..mirip FKG, FIK, FKM dan FMIPA (Fakultas yang lain mengalami aneka macam kesulitan tapi tidak terlalu signifikan).. yang paling parah di FIK..bahkan Ketua BEM dan Adkesmanya mendapat tekanan yang cukup parah dari Dekanatnya (ini pengukuhan dari bersangkutan) dan FKG juga mengalami problem cukup serius sampai Si Adis Ketua BEM FKG harus beringsut meminta tunjangan dari kami.
Rapat itu pun menghasilkan keputusan..Sospol Net yang dikomandani oleh Farid Septian, mencatat semua kesalahan itu dan memblow up beberapa kesalahan yang terjadi dengan memasang Baliho di depan halte Stasiun UI. Para Mahalum pun murka-marah alasannya adalah saat insiden ini terjadi, mereka ada di Malang mengikuti Pimnas (disamping menerima sms yang memperabukan emosi mereka). Mungkin dikala itu Anda di luar negeri, Anda tidak tahu kondisi di sini. Karena, sejak dikala itu, para mahalum yang dipimpin oleh Pak Komar mengambil posisi Melawan kami, dan mengakibatkan kami ‘musuh’ yang harus ditaklukan.
Kami pun saling bertemu dengan para mahalum, hampir tiga kali kami bertemu dan tidak menemukan titik terang. Mereka marah dengan sikap kami yang menurut mereka tidak bermoral dengan memblow up kesalahan-kesalahan itu sedangkan kami tetap keras kepala dengan pendapat kami (meskipun aku sangat kecewa karena ada beberapa Ketua BEM yang berkhianat dan menjadi pengecut sejati).
Setelah ada beberapa ketua BEM yang kooperatif dan menerangkan ‘kepatuhannya’ kepada mahalum mereka, Kemarahan mahalum ini tiba-tiba mengerucut pada dua nama.
Pertama, Farid Septian (sebagai eksekutor) dan Tiqo (sebagai Ketua BEM UI). Lebih lanjut Pak Komar mengeluarkan surat pembekuan BEM UI sementara dan P3T2 ( yang akan berujung penonaktifan status mahasiswa) untuk Farid dan Tiqo. Kondisi semakin panas dan tidak terkontrol. Kami pada posisi kami. Dan Mahalum pada posisi Mahalum. Ketika media massa mulai ‘mengendus’ problem ini, Anda datang-tiba melakukan konferensi pers. Anda bilang kepada pers, bahwa ini hanya problem kesalahpahaman antara Pak Komar dengan para ketua BEM. Anda bilang, Pak Komar masih muda sebagai Direktur Kemahasiswaan jadi terlalu gegabah dalam pengambilan keputusan. Sedangkan surat Pembekuan BEM UI yang dikeluarkan oleh Pak Komar Anda batalkan.
Dalam pertemuan selanjutnya antara Anda, kami dan para Mahalum Anda di kantor Anda dikala itu, Anda dengan sangat sadar dan tegas memihak kepada kami para mahasiswa. Anda bahkan ‘memarahi’ mahalum yang kurang remaja dalam memperlakukan kami. Di ruangan itu, Anda pun menyetujui aspirasi kami.
Pertama, anda menyetujui bahwa sistem pembayaran di UI hanya ada satu: adalah BOP B. Kedua, Anda menyetujui bahwa pelaksanaan proses BOP B dijalankan dengan Transparan dan Akuntabel (bahkan anda ketika itu bilang, jika mampu dibuka aja semuanya semoga semua tahu dan tidak ada kecurigaan). Ketiga, proses BOP B akan melibatkan mahasiswa (dalam hal ini Adkesma) 100%, mulai dari awal proses hingga finalisasi. Dan yang keempat, Anda meminta kami para mahasiswa dengan para mahalum baikan kembali, tidak ada lagi konflik.
Alhamdulilah, balasannya kami pun lega. Karena tahun 2010 nanti akan terjadi perbaikan.
‘Ayahanda’ Gumilar Rusliwa Soemantri
Sekarang tahun 2010, dan aku sudah tidak aktif lagi sebagai Ketua BEM FEUI. Saya sudah tidak mengikuti lagi proses yang berkembang. Namun, sesudah bertemu dengan sahabat-sobat yang masih aktif, untuk sekali lagi, JANJI-JANJI ITU TIDAK TERBUKTI LAGI. Sampai pada titik ini, SAYA SUDAH BENAR-BENAR KEHILANGAN KEPERCAYAAN KEPADA ANDA. Sulit bagi aku menerima semua kenyataan ini. Hingga sekarang, saya masih belum bisa mengerti cara berpikir Anda.
Demikian surat ini aku tulis, segala yang tertulis yang ada disini, aku sebagai pribadi mempertanggungjawabkannya dengan konsisten dan konsekwen.
Mohon maaf jika ini kurang berkenan, tapi sungguh, saya harus memberikan semua ini sebagai tanggungjawab atas tugas sejarah kemahasiswaan yang pernah aku lakukan.
Depok, 29 Mei 2010, Pukul 12.55
Tertanda
Muhammad Kholid
( Mahasiswa FEUI, semester 8)
===============================================
TANGGAPAN
Tanggapan Surat Terbuka Untuk Rektor UI:Prof.Gumilar Rusliwa Soemantri
(Hasil Pertemuan 2 Juni)
Rabu, 2 Juni kemarin pukul 08.00 , saya dipanggil oleh Prof.Gumilar
Rusliwa Soemantri di ruang kerjanya. Dalam pertemuan itu, hadir
beberapa orang seperti Pak Kamarudin (Direktur Kemahasiswaan UI),
Muhammad Hikam (MWA UI), Pak Firmanzah (Dekan FEUI), Sofwan Al Banna
(Sebagai MWA Unsur Mahasiswa zaman Pak Gumilar terpilih), Bhakti Eko
Nugroho (MWA UM kini) beserta sekretarisnya Citra, dan Mbak Devi
(Humas UI).
Dalam pertemuan itu, Bapak Rektor memang mendesain program itu sebagai
bentuk tanggapan atas Surat Terbuka yang aku tulis. Dan nama-nama
yang tersebut diatas oleh Pak Rektor diposisikan sebagai saksi atas
beberapa kasus yang saya tuliskan dalam Surat Terbuka.
Saya mencoba menuliskan point-point penting saja terkait balasan Pak
Rektor atas Surat Terbuka saya. Karena terlalu panjang jikalau saya
menceritakan pertemuan yang berlangsung hampir tiga jam secara detail.
Pertama, perbedaan pemahaman makna akad antara saya dan Pak Rektor.
Bapak Rektor memaknai janji-komitmen yang saya tuliskan itu bukan janji,
melainkan hanya sebuah aspirasi yang beliau akomodir. Sedangkan saya
dan rekan-rekan mahasiswa memaknai aspirasi yang diterima dan
disetujui oleh Bapak Rektor yaitu kesepakatan yang harus dipenuhi.
Perbedaan pemahaman akan makna akad inilah yang menjadi pemicu
konflik dan perselisihan paham diantara kami.
Kedua, perbedaan pemahaman akan tanggungjawab pengambilan dan
opersionalisasi kebijakan. Dari perspektif Pak Rektor, tanggungjawab
pengambilan dan operasionalisasi kebijakan tidak sepenuhnya ada
ditangan Rektor. Karena Rektor tidak tahu secara menyeluruh atas
kebijakan-kebijakan terkait kemahasiswaan tersebut. Dan dia merasa
keberatan dengan surat saya alasannya adalah menempatkan Bapak Rektor sebagai
pusat semua tanggungjawab atas semua kebijakan dan
operasionalisasinya. Sebagai acuan, problem BOP. Bapak Rektor kurang
menguasai dilema tersebut, dan lebih tepat kalau tanggungjawab atas
kebijakan dan operasionalisasinya di tangan Bapak Kamarudin yang tahu
niscaya.
Ketiga, Perbedaan perspektif akan peran mahasiswa. Bagi Bapak Rektor,
mahasiswa bukanlah stakeholder, jadi mereka tidak perlu diikutkan
dalam proses pembuatan kebijakan meskipun itu berhubungan langsung
dengan kepentingan mahasiswa. Sedangkan kami mahasiswa, berpandangan
mahasiswa juga stakeholder UI oleh sebab itu kami harus
diikutsertakan dalam proses pengambilan kebijakan yang berkaitan
eksklusif dengan kepentingan mahasiswa. Sebagai pola, dalam perkara
BOP. Bagi Pak Rektor, Mahasiswa hanya diikutkan maksimal dalam
membantu proses advokasi bagi maba-maba yang mengalami kesulitan
keuangan. Mahasiswa tidak perlu tahu secara detail proses pengambilan
kebijakannya.
Keempat, BOP B sebagai sistem pembayaran. Bagi kami mahasiswa (dan
disahkan oleh Sk Rektor tahun 2008) bahwa sistem Pembayaran yang
disepakati bersama ialah BOP Berkeadilan (Artinya mahasiswa membayar
sesuai dengan kemampuan dan kondisi keuangannya saat itu). Sedangkan
menurut Rektor (dalam hal ini Bapak Kamarudin yang lebih memahami),
BOP Berkeadilan bukan satu-satunya sistem pembayaran. Sistem
pembayaran ada tiga: pembayaran penuh, pembayaran cicilan dan gres
jikalau memang tidak mampu masuk sistem BOP B. Kenapa demikian? Karena
menurut Pak Kamar, sistem BOP B dibeberapa masalah mengalami dilema
bagi mahasiswa-mahasiswa yang mampu, sebab mereka tidak berkenan ikut
proses BOP B .
Kelima, masalah matrix BOP B. Pak Kamarudin menyangkal pendapat saya
bahwa Matrix yang dipakai dalam sistem pembayaran BOP B telah
diganti. Bukan matrix yang dibuat bahu-membahu mahasiswa. Pendapat
ia bersumber pada pendapat Ahmed (Fakutas Teknik/Tim Pembuat
Matrix). Sedangkan aku berani mengatakan bahwa matrix itu diganti
bersumber kepada Saudara Indra (FIB 2004/Tim Pembuat Matrix) dan
Saudara Edwin (Ketua BEM UI 2008).
Keenam, persoalan bukti dan data yang valid. Bapak Rektor menanyakan
semua bukti tertulis, data yang valid terkait dengan semua yang saya
tuliskan dalam Surat Terbuka itu. Dan aku menjawab bahwa semua yang
saya tuliskan dalam Surat Terbuka itu ialah semua hal yang saya alami
sendiri, aku lihat, rasakan dan dengar. Masalah bukti-bukti tertulis
dan data-data yang valid, saya memang ketika ini tidak memilikinya.
Namun, aku mempunyai banyak saksi sahabat-sobat mahasiswa yang kebetulan
mereka tidak diundang dalam pertemuan dengan Bapak Rektor tersebut.
Demikian garis besar pembicaraan dalam pertemuan kemarin pagi. Dalam
closing statement, saya menyampaikan kepada semua orang yang hadir
ketika itu bahwa aku akan mempertanggungjawabkan semua apa yang aku
tuliskan. Jika memang yang aku tuliskan itu benar, maka saya tidak
akan merubahnya. Dan jikalau memang yang aku tuliskan salah, aku akan
merubahnya. Dan tentunya aku mendapatkan segala konsekwensi yang ada.
Terakhir, saya memohon maaf sebesar-besarnya kepada Bapak Rektor,
karena memang seharusnya Surat Terbuka ini hingga untuk pertamakalinya
di meja Bapak Rektor terlebih dahulu, dan menunggu respon dari dia
sebelum aku menyebarluaskannya ke publik. Dalam hal ini aku telah
mengakui kesalahan besar itu dalam lembaga tersebut. Karena, tindakan
aku ini justru menyebarluaskan malu internal almamater sendiri.
Bapak Rektor telah mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah ini
secara arif dan bijaksana dalam bingkai kekeluargaan. Beliau tidak
akan membawanya kejalur Hukum atau Sanksi akademis. Bapak Rektor juga
menganggap Surat Terbuka ini sebagai bentuk kepedulian aku atas
permasalahan yang muncul di UI. Hal ini perlu diapresiasi katanya.
Namun, kedepan harus diperbaiki dalam cara menyampaikannya sehingga
apa yang disuarakan bisa sama-sama saling menguntungkan.
Untuk kedepan, Bapak Rektor sangat terbuka kepada semua pihak untuk
menyampaikan langsung masukan dan kritikannya atas semua kebijakan
yang ia memutuskan.
Demikian Penjelasan Pertemuan 2 Juni kemarin ini aku tulis sebagai
bentuk atas tanggungjawab saya dalam mendudukan permasalahan yang
sebenarnya.
Terimakasih, mohon maaf kalau ada khilaf.
Tertanda
Muhammad Kholid
Mahasiswa FEUI angkatan 2006
--------------------------------------
Comments
Post a Comment